Siasati Lahan Sempit, Petani Lele Bandung Gunakan Sistem Tumpang Sari

Diposting oleh Unknown on Senin, 13 Mei 2013


Sejumlah petani lele di kawasan Bandung selatan mulai mengembangkan budidaya ikan lelesecara
tumpang sari dengan menggunakan jaring terapung di tengah kolam.
“Kami sedang memulai sistem pemeliharaan lele dengan jaring di tengah kolam, hal ini bisa menyiasati lahan yang sempit dimana pemeliharaan ikan lainnya tidak terganggu,” kata Dede Darsono, salah seorang petani ikan di Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung, Senin.
Pengembangan sistem pemeliharaan lele dengan cara menggunakan jaring atau waring ukuran besar di tengah kolam itu dipandu oleh seorang sarjana lulusan IPB Bogor.
Menurut Dede, dengan sistem baru itu, seorang petani ikan tetap bisa memelihara ikan lainnya di luar jaring, sedangkan ikan lele dibatasi dengan jaring.
“Sistem pemeliharaanya sama dengan mengurus lele biasanya, juga pakannya sama. Namun dengan sistem ini memudahkan petani untuk menyortir lele yang bisa dilakukan dua pekan sekali,” kata Dede.
Pola pemeliharaan lele dengan cara itu, kata Dede diharapkan bisa meningkatkan produktivitas sektor perikanan petani ikan di Bandung selatan yang selama ini fokus pada pembenihan ikan.
“Harga lele cukup stabil, dan pasarnya cukup terbuka. Selama ini pasokan lele untuk konsumsi di Bandung atau ke Jabodetabek masih kurang,” kata Dede.
Selain menerapkan pemeliharaan lele dengan sistem baru itu, petani di Ciparay juga mendapat pendalaman teknik memelihara lele termasuk mengantisipasi penyakit dan virus yang kerap menyerang lele.
Selama ini para petani di kawasan Bandung selatan lebih banyak ke pembenihan ikan mas strain Majalaya, dan sedikit yang melakukan pemeliharaan ikan daging.
“Biasanya pendederan dilakukan di Bojongsoang, sedangkan pembesaran di Bendungan Cirata. Sayangnya luas kolam di Bojongsoang dan Mengger terus menyusut,” kata Dede Darsono menambahkan.

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar